DIGITAL CINEMA
DIGITAL CINEMA
A. Produksi Film Digital
Produksi film adalah proses
pembuatan film mulai dari ide, cerita atau komisi awal, melalui penulisan
naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di
hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program. Pembuatan film terjadi
di seluruh dunia dalam berbagai kontek, ekonomi, social, politik dan
menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Pembuatan film melibatkan
sejumlah besar orang dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan hingga tahun untuk
menyelesaikan sebuah film.
Dalam 20 atau lebih tahun terakhir,
teknologi digital, teknik dan estetika visual memiliki pengaruh yang besar pada
semua tahap pembuatan film dan proses distribusi.Digital cinema adalah di atas
semua konsep, sebuah sistem yang lengkap, meliputi seluruh rantai produksi film
dari akuisisi dengan kamera digital untuk pasca-produksi untuk distribusi ke
pameran, semua dengan bit dan byte bukan 35mm gulungan.
Sampai saat ini, proses pembuatan film yang sebenarnya dari sebuah produksi film telah dilakukan menggunakantradisional 35mm atau 70mm film kamera menggunakan tabung-tabung seluloid. Gambar kualitas yang dihasilkan oleh kamera digital dirasakan secara signifikan lebih rendah dari film, sementara rekaman film semakin diberikan ke dalam komputer untuk pascaproduksimanipulasi, proses produksi itu sendiri tetap berbasis seluloid.
Digital film dimulai, dalam teori, pada
akhir tahun 1980an, ketika Sony datang dengan pemasaran konsep ‘sinematografi
elektronik’. Inisiatif ini gagal lepas landasdengan profesional dan publik
sama, dan hanya pada akhir tahun 1990-an, dengan pengenalan perekam HDCAM dan
penggantian nama dari proses digital ke sinematografi, yang membuat film
menggunakan kamera digital dan peralatan terkait akhirnya mulai.
B. Keunggulan dan Keindahan Film Digital
- Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan mendasar
adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih
komprehensif pada pembaca/audiens. Sebuah berita di era digital tak hanya
terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang
mengawali momen termutakhir dari berita bersangkutan.
- Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi lebih
otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman
yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan
akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
- Big Data
Media digital yang belum banyak digali
adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua angka-angka hasil
survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan
bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open
data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
C. Distribusi dan Pertunjukan Film Digital
Selama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.
Penyebab turunnya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, karena
sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai
nusantara gulung tikar.
Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang jaringan importir milik
sendiri, serta berada di malmal seputar Jabodetabek dan kotakota besar.
Jadi sebagian besar penduduk Indonesia telah kehilangan akses menonton film di
bioskop.
Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding
setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar). Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat, dari rata-rata delapan minggu tahun lalu menjadi
rata-rata enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak,
bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan.
Film-film besar Hollywood kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan
importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan
tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT Satrya Perkasa Esthetika)
bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar. Yang kemudian dikorbankan alias terpaksa dikurangi jumlah layarnya karena outlet yang tersedia sangat
terbatas umumnya film Indonesia.
Referensi :
Komentar
Posting Komentar