DESA
LEGETANG
Dukuh Legetang adalah sebuah daerah di lembah
pegunungan Dieng, sekitar 2 km ke utara dari kompleks pariwisata Dieng
Kabupaten Banjarnegara. Kala itu, pada 1950-an, Legetang dikenal sebagai
wilayah yang sangat subur. Hasil pertaniannya begitu melimpah. Buah dan
sayurannya merupakan kualitas terbaik. Petani-petaninya hidup makmur. Sangat
disayangkan, perilaku mereka tak semaju peradabannya. Masyarakat dukuh Legetang
umumnya ahli maksiat dan bukan ahli bersyukur. Perjudian disana merajalela,
begitu pula minum-minuman keras yang sangat cocok untuk daerah dingin.
Perzinaan merupakan hal yang umum. Perjudian menjadi adat. Seperti halnya
Pompeii yang menjadi pusat hiburan bagi warga Roma, warga Legetang sering
menggelar hiburan tari-tarian yang dibawakan wanita-wanita. Tak jarang hiburan
tersebut berakhir menjadi sebuah pesta seks.
Perisitiwa
ini terjadi pada malam hari sesaat setelah hujan reda. Terdengar suara seperti
sebuah ledakan besar. Pagi harinya masyarakat disekitar dukuh Legetang yang
penasaran dengan suara yang amat keras itu menyaksikan bahwa Gunung
Pengamun-amun yang terletak di dekat perkampungan sudah terbelah dan belahannya
itu menimbun Legetang. Legetang yang tadinya berupa lembah itu bukan hanya rata
dengan tanah, tapi menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh
penduduknya terkubur dalam longsoran tanah. Waktu itu semua orang tercengang.
Suasana mencekam melihat seluruh kawasan Legetang terkubur longsoran tanah. Tak
ada sedikit pun bagian rumah yang kelihatan. Alam Legetang sebagian besar
cekung. Tanah dari lereng gunung seakan diuruk ke cekungan itu dan meninggi
dibanding tanah asli di sekitarnya. Banyak warga yang dibiarkan terkubur karena
sulit dievakuasi.
Antara
kaki gunung sampai perbatasan kawasan pemukiman Legetang sama sekali tidak
tertimbun, padahal jaraknya beberapa ratus meter. Longsoran tanah itu seperti
terbang dari lereng gunung dan jatuh tepat di pemukiman. Selain itu antara
Legetang dan gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai
sekarang masih ada.
Di
tengah sebuah hamparan ladang di Desa Pekasiran, sebuah desa di pegunungan
Dieng Kecamatan Batur Banjarnegara, berdiri sebuah tugu beton menjulang tinggi
setinggi 10 meter yang menjadi penanda tragedi terkuburnya Legentang. Pada
salah satu isinya, tertempel plat logam bertuliskan huruf kapital: TUGU
PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU
DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TG.
16/17-4-1955. Kecuali keterangan pada tugu tersebut, tak ada dokumen atau
tulisan khusus tentang peristiwa tragis yang terjadi 58 tahun silam itu,
termasuk di Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Dieng di Desa Karantengah, yang
didirikan pemerintah tahun 1954. Sebagian masyarakat yang kini tinggal di
bekas tanah Legetang keberatan jika diminta menceritakan kisah hilangnya
Legetang. Mereka takut hal buruk akan menimpa mereka.
Komentar
Posting Komentar